Efektivitas dan produktivitas tentu menjadi hal krusial dalam proses pengembangan sebuah program komputer atau aplikasi. Hal inilah yang mendasari terciptanya microservices untuk mempermudah tim developer dalam pekerjaan mereka. Secara sederhana, microservices adalah sebuah model framework architecture yang banyak diterapkan saat proses pengembangan aplikasi cloud dengan adanya microservices dapat memberikan solusi bagi developer untuk menyelesaikan tugas secara independen dan terdistribusi.
Manfaat utama dalam menggunakan microservices adalah agar tim developer mampu mengembangkan aplikasi secara cepat dengan membuat komponen-komponen dari aplikasi berjalan secara independen sehingga dapat memenuhi kebutuhan bisnis yang terus menerus berubah.
Cara pembangunan aplikasi yang seperti ini dapat dioptimalkan dengan menggunakan DevOps (Development and Operation) dan CI / CD (Continuous Integration and Continuous Delivery)
Apa yang membedakan Architecture Microservices dengan pendekatan yang lebih tradisional seperti Monolithic Architecture? Perbedaannya terletak pada bagaimana framework ini memecah aplikasi menjadi fungsi inti. Setiap fungsi ini disebut sebagai service yang dapat dibangun dan dijalankan secara independen, itu berarti service tersebut dapat menjalankan fungsinya tanpa berdampak negatif pada fungsi-fungsi yang lain.
Framework ini membantu sisi teknologi dari DevOps dalam hal Continuous Integration dan Continuous Delivery (CI / CD) sehingga membantu prosesnya menjadi lebih mulus.
Karakteristik dari Microservices Architecture
Bersumber dari smartbear.com, terdapat 6 karakteristik utama dari microservices sebagai berikut ini:
- Banyak Komponen
Salah satu tujuan digunakannya microservices adalah agar suatu aplikasi dapat memiliki beberapa fitur yang optimal. Tiap fitur tentu saja memiliki komponen tersendiri untuk menjalankan layanannya. Oleh karenanya, dalam microservices akan terdapat banyak komponen yang digunakan.
- Ditujukan untuk Kebutuhan Bisnis
Banyaknya fitur dalam suatu aplikasi berkaitan dengan tujuan bisnis yaitu dapat melayani konsumen semaksimal mungkin. Tanpa microservices, suatu aplikasi hanya dapat menjalankan aplikasinya secara optimal untuk satu tujuan besar, misal transaksi untuk produk rumah tangga.
Berbeda jika menggunakan microservices, hal tersebut bisa dioptimalisasi dengan menambahkan fitur-fitur pelengkap dari transaksi produk rumah tangga. Contohnya menambah layanan membersihkan rumah. Dengan microservices, fitur baru tersebut dapat berjalan maksimal tanpa mengganggu tujuan utama dari aplikasi.
- Proses Routingyang Simpel
Tujuan microservices lainnya adalah menyederhanakan suatu proses dalam aplikasi. Karena membagi-baginya kedalam fitur-fitur kecil, jika terjadi suatu permintaan maka fitur tersebut tak memerlukan waktu terlalu lama untuk proses sinkronisasi dengan fitur lainnya. Seperti dijelaskan sebelumnya, hal ini terjadi karena microservices memungkinkan adanya fitur baru tanpa mengganggu fitur utama.
- Dapat Berjalan Sendiri (decentralized)
Dengan microservices, setiap fitur yang ada dapat berjalan sendiri tanpa harus melakukan sinkronisasi dengan fitur-fitur lainnya. Itulah mengapa tiap fitur dalam aplikasi memiliki tim developer-nya sendiri yang berbeda dengan pengembang dari aplikasi utama.
- Mengurangi Risiko Kegagalan
Meskipun berjalan sendiri, beragam fitur atau fungsi dalam aplikasi dapat saling mem-backup. Hal ini membuat jika terjadi kegagalan dalam suatu fitur, terdapat backup melalui database yang tersedia.
- Selalu Berubah
Kemudahan yang diberikan microservices memudahkan suatu aplikasi beradaptasi dengan keadaan, serta dengan berbagai update yang diberikan, sehingga ini membuat suatu aplikasi tetap dapat bekerja secara optimal.
Apakah Keuntungan dari Microservice
Microservices memberikan tim Development keleluasaan untuk melakukan pengembangan program kode secara terdistribusi. Masing-masing dari tim programmer dapat melakukan pembuatan program di area masing-masing secara bersamaan. Ini berarti lebih banyak developer yang mengerjakan aplikasi yang sama, pada waktu yang sama. Ini membuat waktu yang dihabiskan dalam pengembangan lebih singkat.
- Lebih Cepat Menanggapi Kebutuhan Pasar
Karena siklus pengembangan dipersingkat, Architecture microservices mendukung penerapan dan update yang lebih gesit. - Sangat Scalable
Saat permintaan untuk service tertentu meningkat, kita dapat menerapkannya di beberapa saja seperti pada server dan infrastruktur saja untuk tetap memenuhi kebutuhan Anda. - Handal
Service Independent ini jika dibangun dengan benar tidak akan berdampak satu sama lain. Artinya, jika salah satu bagian gagal, seluruh aplikasi tidak akan mati, tidak seperti model aplikasi Monolithic yang akan berdampak satu sama lain. - Aksesibilitas
Karena aplikasi yang lebih besar dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, developer dapat lebih mudah memahami, memperbarui, dan menyempurnakan bagian tersebut, menghasilkan siklus pengembangan yang lebih cepat, terutama jika dikombinasikan dengan metodologi pengembangan yang gesit. - Lebih terbuka
Karena penggunaan API dan poliglot, pengembang memiliki kebebasan untuk memilih bahasa pemrograman dan teknologi terbaik untuk fungsi yang diperlukan.
Selain memiliki banyak kelebihan, tentu microservices juga memiliki beberapa kekurangan, di antaranya adalah:
- Jika terdapat perubahan entity pada database, entity pada service lainnya juga harus diubah.
- Sering ditemukan kesulitan untuk menerapkan perubahan services, sehingga diperlukan perancangan yang matang.
- Perlu automation yang tinggi dalam melakukan deployment.
Penulis : Giri Nugraha, EAS Consultant – PT Xsis Mitra Utama
Sumber :
https://datacommcloud.co.id/microservices-adalah-perbedaan-monolithic-architecture/
https://www.jagoanhosting.com/blog/microservices-adalah/
https://glints.com/id/lowongan/microservices-adalah/