Fork Workflow
Di era digital yang serba cepat ini, kolaborasi menjadi kunci utama dalam menciptakan inovasi perangkat lunak, dimana pada artikel ini kita akan membahas salah satu metode kolaborasi yang menjadi salah satu keberhasilan proyek yaitu Fork Workflow.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang pengertian fork workflow, bagaimana langkah-langkahnya dilakukan, serta manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penerapannya. Semoga pembahasan ini dapat memberikan wawasan baru dan menjadi panduan bagi kita yang ingin terjun ke dalam dunia kolaborasi pengembangan perangkat lunak.
1. Pengertian Workflow
Fork workflow adalah sebuah metode kolaborasi dimana setiap pengembang membuat salinan independen dari sebuah repository kode. Salinan ini disebut dengan ‘fork’ dan berfungsi sebagai area kerja pribadi pengembang, memungkinkan mereka untuk membuat perubahan tanpa mengganggu repository utama.
Sebagai contoh fork workflow dapat diterapkan dalam proyek open source. Misalnya, seorang pengembang ingin menambahkan fitur baru atau memperbaiki bug pada proyek yang ada di GitHub. Mereka akan mengikuti langkah-langkah fork workflow untuk memastikan bahwa kontribusi mereka dapat diintegrasikan dengan lancar ke dalam proyek utama.
2. Langkah-langkah dalam Fork Workflow
Setelah membahas pengertiannya, berikut ini kita akan membahas mengenai langkah-langkahnya. Terdapat 7 langkah sebagai berikut:
2.1 Fork Repository
Langkah pertama dalam fork workflow adalah melakukan ‘fork’ pada repository utama. Proses ini seperti membuat cabang pribadi dari sebuah pohon besar. Dengan melakukan fork, kita memiliki salinan repository di akun Git kita sendiri, yang memberi kita kebebasan untuk bereksperimen dengan kode tanpa mempengaruhi repository asal.
2.2 Clone ke Lokal
Setelah fork, kita perlu ‘clone’ repository tersebut ke sistem lokal kita. Ini berarti mengunduh seluruh kode dari Git ke komputer kita, sehingga kita dapat mulai bekerja pada perubahan yang kita inginkan.
2.3 Sinkronisasi dengan Upstream
Untuk memastikan fork kita tetap updated dengan repository utama, kita harus menambahkan repository utama sebagai remote ‘upstream’. Ini memungkinkan kita untuk mengambil perubahan terbaru dan memastikan pekerjaan kita tidak ketinggalan.
2.4 Pembuatan Branch
Sebelum memulai pekerjaan, kita akan membuat branch baru dari fork kita. Ini adalah tempat untuk membuat perubahan, memisahkan pekerjaan kita dari branch utama, sehingga memudahkan pengelolaan versi dan review nantinya.
2.5 Commit Perubahan
Setelah melakukan perubahan pada branch , kita akan melakukan ‘commit’. Ini seperti menandai titik penting perubahan dengan pesan yang menjelaskan apa yang telah kita lakukan.
2.6 Push ke Fork
Perubahan yang telah di-commit kemudian di-push kembali ke fork kita di Git. Ini mempersiapkan perubahan kita A untuk dibagikan dengan pengembang lain dan repository utama.
2.7 Pull Request
Langkah terakhir adalah membuat ‘pull request’ ke repository utama. Ini adalah permintaan resmi kita untuk menggabungkan perubahan yang telah kita buat ke dalam repository utama. Setelah Pull request kita bisa diskusi tentang perubahan kita dengan pengembang lain dan dapat saling memberikan umpan balik.
3. Enam Manfaat Fork Workflow
Setelah mengetahui langkahnya, kita akan lanjut membahas beberapa manfaatnya. Terdapat 6 manfaatnya sebagai berikut:
3.1 Keamanan Tinggi
Fork workflow menawarkan tingkat keamanan yang tinggi karena setiap kontribusi harus melalui proses review sebelum di-merge ke repository utama. Ini memastikan bahwa kode yang diintegrasikan telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan dan telah diperiksa untuk potensi masalah.
3.2 Fleksibilitas Eksperimental
Dengan memiliki salinan pribadi dari repository, pengembang dapat bereksperimen dengan kode secara bebas. Ini memberikan ruang untuk inovasi dan eksplorasi tanpa risiko mengganggu proyek utama.
3.3 Kolaborasi Terbuka
Fork workflow sangat cocok untuk proyek-proyek open source di mana kontributor mungkin berasal dari berbagai latar belakang dan tingkat keahlian. Setiap orang dapat berkontribusi, dan proses review pull request memungkinkan pertukaran pengetahuan dan pembelajaran bersama.
3.4 Mempercepat Waktu Respon
Dalam fork workflow, pengembang dapat segera menanggapi perubahan atau isu tanpa harus menunggu akses dari repository utama. Ini memungkinkan perbaikan cepat dan iterasi produk yang lebih dinamis.
3.5 Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas
Dengan memisahkan pekerjaan ke dalam fork dan branch, pengembang dapat fokus pada tugas tertentu tanpa terganggu oleh perubahan lain. Ini meningkatkan efisiensi dan produktivitas individu serta tim.
3.6 Meningkatkan Kualitas Perangkat Lunak
Proses review yang terstruktur dalam fork workflow membantu meningkatkan kualitas perangkat lunak. Kontribusi yang di-review secara kolektif cenderung lebih terpolakan dan mengurangi kemungkinan bug atau masalah lainnya
4. Kesimpulan
Menurut kami Fork workflow adalah metode yang sangat efektif untuk kolaborasi dalam pengembangan perangkat lunak karena memungkinkan pengembang untuk bekerja secara independen sambil tetap terhubung dengan repository utama, fork workflow mendukung produktivitas dan inovasi.
Referensi :
- petanikode.com/github-workflow/
https://dev.to/matks/introduction-to-github-fork-workflow-why-is-it-so-complex-3ac8 - https://reflectoring.io/github-fork-and-pull/
- https://www.atlassian.com/git/tutorials/comparing-workflows/forking-workflow
- https://www.sanctri.com/workflow/
- https://toffeedev.com/blog/business-and-marketing/scrum-adalah/
Penulis :
Aga Widyansyah, sarjana strata satu perguruan tinggi di Jakarta yang sekarang bekerja sebagai System Analyst di salah satu perusahaan di Jakarta, seorang IT enthusiast yang tertarik dalam IT Life Cycle yang kurang lebih sudah 4 tahun belajar di dunia IT profesional.